Senin, 09 Desember 2013

Dave Koz

Dave Koz (lahir di Encino, California27 Maret 1963; umur 50 tahun) adalah seorang pemain saksofon Jazz halus Amerika.
Koz mengikuti William Howard Taft High School di Woodland Hills, California dan tampil dengan saksofon sebagai anggota band jazz sekolah. Ia kemudian lulus dari UCLAdengan gelar di bidang komunikasi massa pada tahun 1986, dan hanya beberapa minggu setelah lulus, ia memutuskan untuk menjadi musisi profesional. Dalam beberapa minggu setelah keputusan itu, ia direkrut sebagai anggota tur Bobby Caldwell. Selama sisa tahun 1980, Koz menjabat sebagai musisi sesi dalam beberapa band, tur dengan Jeff Lorber. Koz adalah anggota dari band Richard Marx dan tur dengan Marx sepanjang akhir 1980-an. Dia juga bermain di band rumah CBS berumur pendek The Pat Sajak Show, denganTom Scott sebagai pemimpin band.[1]
Pada tahun 1990, Koz memutuskan untuk mengejar karir solo, dan mulai rekaman untukCapitol Records. Albumnya ada termasuk Lucky ManThe Dance, dan Saxophonic.Saxophonic dinominasikan untuk kedua penghargaan Grammy Award dan NAACP Image Award.
Siapa yang menyangka, Indonesia adalah rumah kedua bagi saxofonis Dave Koz. Perkenalannya dengan Peter Gontha, membawa Dave Koz datang ke Indonesia. Ia langsung jatuh cinta dengan negara ini. Hampir setiap tahun ia datang ke Indonesia. Ia pun tak segan berkolaborasi dengan musisi-musisi Indonesia. Tak hanya musik jazz. Grup Ada Band, adalah salah satu band beraliran pop rock yang pernah dibantu oleh Dave Koz.  Lahir 27 Maret 1963 dan besar di lembah San FernandoLos Angeles, AS, Koz merilis album pertama kali tahun 1990. Hingga kini ia sudah meluncurkan 10 album.
Dave Koz memang cukup populer sebagai musisi sax beraliran  urban contemporary, light jazz, dan pop. Namanya disejajarkan dengan saxofonis terkenal lainnya David Sanborn, sehingga dia disebut-sebut sebagai 'Sanborn Kedua'.
Koz mengenal alat tiup ini dari kakaknya. Kemudian ia bergabung dan memutuskan untuk menjadi peniup sax. Ia sempat lulus dari UCLA, namun dunia musik lebih membuatnya tertarik 
Sejumlah album sudah dihasilkannya, diantaranya adalah  Dave Koz, Lucky Man, Off The Beaten Path, December Makes Me Feel This Way,dan Dave Koz & Friends - A Smooth Jazz Christmas (2001).
Sejumlah penghargaan pernah diterima Koz. Diantaranya sembilan kali dinominasikan mendapatkan Grammy Award. Nama Koz juga diabadikan di Walk of Fame. Lagu-lagu Dave Koz yang cukup populer adalah Let It Free, Together Again, Silverlining dan Anything's Possible. Dalam setiap penampilannya, Koz seringkali membuat kejutan-kejutan dengan membawakan lagu-lagu Indonesia. Salah satu lagu yang sering dibawakan Dave Koz adalah lagu Aku Cinta Padamu, milik penyanyi Ruth Sahanaya.

Java Jazz Festival 2013: Wahana Berkumpul Para Pecinta Jazz

Festival yang satu ini sudah menjadi kegiatan rutin yang mengisi kalender di tiga hari akhir minggu di awal bulan Maret setiap tahunnya. Untuk edisi ke-9 kali ini, Jakarta International Java Jazz Festival, kembali hadir pada tanggal 1, 2, dan 3 Maret 2013 di tempat yang sudah dipakai oleh festival ini sejak 2010 lalu, JI EXPO Kemayoran.
Nama-nama pengisi acara yang menjadi headliners yang ada di tahun ke-9 ini bisa membuat Anda yang memang die hard jazz fan sedikit mengernyitkan dahi dan berfikir kali ini genre yang Anda suka ini menjadi dikomersilkan. Nama-nama “besar” yang dimaksud berhasil sekali menarik perhatian orang-orang yang selalu ingin hip. Orang-orang yang selalu ingin jadi yang pertama meng-update statusnya di media sosial yang ia punya menjadi, “Java Jazz 2013, super fun!!!” Orang-orang yang mudah sekali dibuat puas. Namun kembali ke tujuan awal dari diadakannya festival ini oleh si penyelenggara memang untuk memuaskan semua orang dengan mendatangkan musisi-musisi yang memang diminta masyarakat. Walaupun itu sedikit menyerong dari idealisme awalnya, jazz.
Untuk acara sejenis festival ini, mengatur jadwal untuk menonton siapa sangatlah penting. Terlebih lagi kalau jumlah penampilan yang ada jumlahnya ratusan. Tentu Anda tidak mau rugi sudah mengeluarkan rata-rata setengah juta untuk satu hari dan menonton musisi yang bisa anda kejar di acara lain yang bisa anda tonton secara gratisan. Sore itu, gigsplay berpegang teguh dengan prinsip itu, tidak mau rugi! Kali ini gigsplay berusaha untuk merangkum penampilan yang berhasil gigsplay saksikan.
Hari pertama, gigsplay sampai di Kemayoran sekitar pukul 16.30 WIB. Parkiran cukup lowong dan JI Expo sendiri belum penuh manusia. Mungkin karena masih sore dan special show pertama baru main malamnya. Suasana Java Jazz yang sepi seperti ini mengingatkan banyak pada suasana bagaimana festival ini pada tahun-tahun awalnya. Tahun 2005 sampai 2007 lebih tepatnya. Di tahun-tahun itu Java Jazz masih diadakan di JCC Senayan. Tempatnya lebih kecil, lebih intim, lebih nyaman, lebih jazz. Sampai di tahun 2008 – 2009, Java Jazz sudah mulai merangkul semua orang untuk datang ke acara ini dan berhasil, JCC sudah tidak lagi menampung puluhan ribu manusia di satu tempat seperti itu. Suasana sore yang lowong ini membuat déjà vu ke masa-masa indah itu.
Untuk show pertama, gigsplay datang ke panggung Ron King Big Band yang juga menjadi pembuka di sore itu. Ron King dan seluruh kru-nya sudah datang ke Festival ini untuk enam tahun terakhir! Kali ini mereka datang lagi dengan semangat yang selalu sama. Bahkan lebih segar setiap tahunnya. Di panggung lain juga ada David Helbock yang kali ini menguasai panggungnya sendiri. Helbock pertama kali bermain piano ketika masih berumur enam tahun. Aksinya sungguh segar dengan mengkomposisi ulang nomor-nomor standard American Jazz song book menjadi karyanya sendiri yang tidak kalah segar. Jenius!